Jenis- Jenis Gangguan Tidur Lengkap
1.
Insomnia
Insomnia, ketidakmampuan untuk tidur atau tetap tertidur dapat menyebabkan
mudah marah dan kurang konsentrasi pada siang hari. Dalam jangka panjang,
kurang tidur dapat benar-benar berbahaya. Kurang tidur telah dikaitkan dengan
obesitas, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung. Menurut Highway Traffic
Safety Administration Nasional, mengemudi mengantuk menyebabkan kecelakaan
mobil lebih dari 100.000 dan 1.550 kematian setiap tahun. Insomnia
adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ketika penderita kesulitan untuk
tidur atau kesulitan untuk hidup tertidur. Atau dengan kata lain gangguan tidur
yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Insomnia
sendiri bisa disebabkan oleh stres, medikasi, gelisah, cemas dan juga perubahan
pola tidur. Ada Tiga macam insomnia :
a. Transient Insomnia
: Gangguan tidur atau Sleep Disorder hanya beberapa malam.
b. Insomnia Jangka Pendek : Gangguan
tidur atau Sleep Disorder dua atau empat minggu mengalami kesulitan tidur.
c. Insomnia
Kronis : Gangguan tidur atau Sleep Disorder yang dialami hampir setiap
malam selama sebulan lebih. Insomnia dianggap
kronis jika penderita kesulitan tidur setidaknya 3 hari per minggu dengan
jangka waktu sebulan. Insomnia kronis dapat bersifat primer atau sekunder.
Insomnia kronis primer, yang juga disebut insomnia idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang jelas atau kondisi medis yang mendasarinya. Insomnia sekunder,
juga disebut insomnia komorbiditas, lebih sering terjadi. Ini adalah insomnia
kronis yang terjadi dengan kondisi lain. Penyebab umum insomnia kronis meliputi
kondisi medis kronis, seperti diabetes, penyakit parkinson, hipertiroidisme.
Kondisi kesehatan mental, seperti depresi dan kegelisahan. Obat-obatan,
termasuk obat kemoterapi dan antidepresan. Penyebab lainnya juga termasuk
kafein dan stimulan lainnya, seperti alkohol, nikotin, dan obat-obatan lainnya.
Faktor gaya hidup, termasuk sering bepergian, jet lag, pekerjaan shift
berputar, dan tidur siang juga dapat jadi sebabnya.
d. Insomnia Nonorganik
: Insomnia di mana kualitas atau kuantitas tidur tidak memuaskan, dan
berlangsung dalam periode waktu yang signifikan. Kuantitas sebaiknya tidak
ditetapkan berdasarkan jumlah waktu tidur yang sebenarnya, karena terdapat
individu-individu yang mempunyai waktu tidur yang singkat (short sleeper) dan tidak merasa mengalami gangguan tidur.
Sebaliknya ada pula individu-individu yang mengalami gangguan kualitas tidur
yang berat meskipun mempunyai kuantitas tidur yang mencukupi. Gangguan tidur
yang paling banyak dialami pada insomnia adalah kesulitan untuk jatuh tertidur,
diikuti oleh kesulitan untuk mempertahankan tidur, dan terbangun lebih awal.
e. Paradoxical Insomnia : Seperti
kita tahu insomnia itu tidak bagus untuk kesehatan. Selain kurang waktu tidur,
bisa menyebabkan masalah, mulai dari sakit kepala sampai fokus yang buruk.
Bahaya banget dong, kalau kamu kurang tidur, lalu menyetir mobil, akhirnya
mengantuk dan bisa mengalami hal tidak diinginkan. Dan kasus insomnia yang
berakibat fatal ini dapat dikatakan lebih parah daripada mereka yang mabuk.
Nah, untuk penderita paradoxical insomnia, mereka merasa tidur dalam jumlah
yang berbeda dari waktu yang sebenarnya mereka lakukan. Misalnya, kamu mengira
cukup tidur, padahal otakmu tidak sampai ke fase REM dan non-REM. Sayangnya,
diagnosanya cukup sulit dan alasannya kadang tidak secara pasti mampu
dijelaskan.
f.
Insomnia
Akut adalah insomnia jangka pendek yang dapat berlangsung hanya
beberapa hari hingga beberapa minggu. Jenis insomnia ini adalah yang paling
umum. Insomnia akut biasanya terjadi ketika penderita mengalami peristiwa yang
membuat stres, seperti kematian orang yang dicintai atau memulai pekerjaan
baru. Insomnia akut juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang
mengganggu tidur, seperti kebisingan atau cahaya, tidur di lingkungan yang
tidak dikenal, ketidaknyamanan fisik, seperti rasa sakit atau tidak dapat
mengambil posisi yang nyaman. Insomnia jenis ini juga lumrah disebabkan oleh
obat-obatan atau penyakit tertentu.
g.
Insomnia
Onset
Insomnia
onset adalah kesulitan memulai tidur. Insomnia jenis ini bisa menjadi insomnia
jangka pendek atau menjadi kronis. Masalah psikologis atau kejiwaan adalah
penyebab paling umum insomnia ini, termasuk stres, gangguan kecemasan, atau
depresi. Kafein dan stimulan lainnya juga dapat memperburuk jenis insomnia ini. Menurut penelitian Park Hwan Seok dan kawan kawan soal
insomnia onset tahun 2009 lalu, orang-orang dengan insomnia onset kronis sering
memiliki gangguan tidur lain. Gangguan tidur berupa restless leg syndrome atau
limb movement disorder.
h.
Maintenance
Insomnia : Insomnia jenis ini menyebabkan penderitanya khawatir tidak
bisa tidur kembali. Umumnya, penderita akan sulit kembali tidur saat sudah
terjaga. Jika mengalami maintenance insomnia dalam waktu lama, siklus tidur
akan menjadi berantakan. Insomnia ini disebabkan oleh kondisi kesehatan mental,
seperti depresi. Kondisi medis juga memengaruhinya, seperti asma, sleep apnea,
GERD, restless leg syndrome, dan limb movement disorder.
i.
Insomnia primer didiagnosis
jika keluhan utama adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan
memulai atau mempertahankan tidur. Istilah primer menunjukkan bahawa insomnia
bebas dari adanya gangguan fisik atau psikologis (Sadock,2010). Insomnia primer
adalah sulit tidur yang tidak disebabkan oleh penyebab medis,
kejiwaan, maupun lingkungan (McVearry,2013). Insomnia primer bukanlah efek
samping dari obat-obatan atau masalah medis lainnya. Ini adalah gangguan
sendiri,dan umumnya berlangsung selama minimal 1 bulan atau lebih (Sadock,2010)
j.
Insomnia sekunder
adalah sebuah tipe gangguan tidur yang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan
seperti adanya penyakit kanker, depresi, asma, stroke dan pengaruh penggunaan
obat-obatan atau minuman beralkohol.
ü Jenis Insomnia
Berdasarkan etiologinya, terdapat 2 macam insomnia (Turana, 2007) yaitu:
a. Insomnia Primer
Pada insomnia primer, terjadi hyperarousal
state dimana terjadi aktivitas ascending retikular activating system yang
berlebihan. Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat
kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup. Periode tidur berkurang dan terbangun
lebih sering. Insomnia primer ini tidak berhubungan dengan kondisi kejiwaan,
masalah neurologi, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat
tertentu.
b.
Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder disebabkan karena
gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis
lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang tua.
Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang
dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non
organik seperti sakit kepala, kembung, dan badan pegal yang mengganggu tidur.
Keadaan ini akanmenjadi lebih parah jika orang tersebut mengalami ketegangan
karena persoalan hidup. Pada insomina sekunder karena penyakit organik, pasien
tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu karena nyeri organik,
misalnya penderita arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul
karena perubahan sikap tubuh.
ü Berdasarkan
waktu terjadinya insomnia (Ibrahim, 2001) dibagi menjadi:
a. Initial
Insomnia Yaitu kesulitan untuk memulai tidur.Biasanya terdapat pada pasien
gangguan jiwa dengan ansietas.
b. Middle
Insomnia Ditandai dengan seringnya terbangun di tengah malam dan kesulitan
untuk tidur kembali.Biasanya terdapat pada pasien depresi.
c. Late
Insomnia Yaitu sering bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali.
Biasanya ditemukan pada pasien depresi
ü Berdasarkan
lamanya insomnia terbagi dalam tiga golongan besar, yaitu:
a. Transient
Insomnia/Insomnia Sekilas Insomnia yang terjadi jika lamanya kurang dari 4
minggu. Biasanya terjadi pada orang yang tidur secara normal, tetapi mengalami
kesulitan tidur karena suatu stres yang berlangsung tidak terlalu lama,
misalnya pada perjalanan jauh dengan kapal terbang yang melampaui zona waktu
hospitalisasi (Rudi, 1988).
b. Short Term
Insomnia Yaitu insomnia jangka pendek. Terjadi antara 4 minggu sampai dengan 36
bulan. Sering dihubungkan denga stres. Situasional seperti duka cita,
kehilangan orang yang dicintai, menghadapi ujian atau wawancara pekerjaan
(Kaplan & Sadock, 1997).
c. Long Term
Insomnia/Insomnia Kronik Insomnia jangka panjang yang terjadi lebih dari 36
bulan, bahkan sampai bertahun-tahun (Rudi, 1988).
ü Berdasarkan
berat ringannya (Dohrmaji, 2006), insomia terbagi:
a. Mild
Insomnia Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur, tanpa atau
sedikit mengalami penurunan kualitas hidup.
b. Moderate
Insomnia Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur di sepanjang
malam. Penderita insomnia jenis ini akan mengalami penurunan kualitas hidup
yang relatif sedang.
c. Severe
Insomnia Yaitu kesulitan dalam memulai dan mempertahankan tidur di sepanjang
malam dan hampir di setiap hari. Biasanya diikuti dengan penurunan kualitas
hidup yang berat.
ü Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 1990 (Laniwaty) (2001), bahwa tingkat
insomnia dari yang paling ringan adalah sebagai berikut:
o Insomnia
Transient (Sementara) Yaitu insomnia yang berlangsung kurang dari seminggu.
o Insomnia Jangka
Pendek Yaitu kesulitan tidur yang berlangsung selama 1-4 minggu.
o Insomnia Kronis
(Jangka Panjang) Yaitu kesulitan tidur yang berlangsung lebih dari sebulan.
2.
Narkolepsi
Narkolepsi
adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ini secara umum ditandai munculnya
keinginan tidur di siang hari secara tak terkendali. Penderita sering kali
jatuh tertidur di sembarang waktu dan tempat, juga terjadi berulang kali dalam
sehari. Narkolepsi adalah kelainan neourologis (yang menyerang otak dan syaraf)
kronis yang melibatkan system saraf pusat tubuh. Gangguan tidur ini cukup aneh
karena seseorang akan mengalami serangan tidur secara mendadak. Seseorang yang
terkena narkolepsi akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesadaran,
bahkan akan sangat sulit terjaga. Narkolepsi ini biasanya dikarenakan REM
(Rapid Eye Movement) yang membuat seseorang mengalami mimpi dimana seakan akan
orang tersebut mengalami penyerangan dalam kondisi sadar. Untuk mengatasinya
bisa dengan mengubah gaya hidup dan juga mengurangi konsumsi obat-obatan. Ada tiga
jenis narkolepsi, yakni:
Tipe 1: Narkolepsi dengan cataplexy atau kelemahan otot yang tiba-tiba di
wajah, leher, dan lutut
Tipe 2: Narkolepsi tanpa cataplexy, yang terutama melibatkan
kantuk di siang hari yang berlebihan
Narkolepsi sekunder: Ini dapat terjadi akibat
cedera pada hipotalamus, yakni bagian otak yang terlibat dalam tidur.
3.
Hipersomnia
atau Sleeping Beauty Syndrome
Hipersomnia
adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder dengan rasa kantuk yang berlebihan
walaupun sudah tidur cukup. Penderita hipersomnia bisa tidur 16 sampai 20 jam
sehari. Menurut World Sleep Foundation, hipersomnia terdiri dari 3 tipe. Tipe
hipersomnia adalah hipersomnia berulang, hipersomnia idiopatik dan hipersomnia
post-trauma. Fenomena
Sleeping Beauty Syndrome atau hipersomnia adalah salah satu kelainan tidur yang
ditandai rasa kantuk yang berlebihan. Sehingga pasien sering kali membutuhkan
waktu tidur yang jauh lebih lama dari orang normal. Kelainan ini disebut-sebut
rentan diderita oleh anak muda, terutama laki-laki. Jika hal ini terus terjadi,
maka hipersomnia dapat menimbulkan kematian pada penderita. Pasalnya, penderita
akan mengalami kerusakan pada kinerja sosial. Kurangnya makan dan aktivitas
lain akan mengakibatkan kematian.
a. Hipersomnia Nonorganik
Hipersomnia adalah
keadaan di mana terjadi mengantuk yang berlebihan dan tertidur pada siang hari
(yang bukan disebabkan oleh waktu tidur yang tidak mencukupi), atau waktu
transisi dari bangun tidur sampai sadar penuh menjadi lebih panjang. Bila tidak
ada penyebab biologis yang bisa diidentifikasi, kondisi ini biasanya
berhubungan dengan gangguan psikiatri seperti episode depresi, episode depresi
berulang, atau gangguan afektif bipolar episode depresi. Sehingga untuk
penegakan diagnosis hipersomnia, kondisi psikiatri tersebut harus disingkirkan.
b.
Idiopathic
Hypersomnia
Sindrom ini
membuat penderitanya mengantuk berlebihan dan penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi dengan pasti. Bahkan ketika orang bersangkutan sudah tidur cukup
sehat, mereka seakan tetap tidak puas sehingga memilih beristirahat setelah
tidur malam. Hipersomnia idiopatik adalah gangguan neurologis, di mana
penderitanya tidur malam dalam jangka waktu lama tetapi tidak menyegarkan.
Sehingga, siang hari tetap mengantuk, meski sudah tidur siang dalam waktu lama,
penderita tetap merasa kurang tidur.
c. Hipersomnia berulang memiliki gejala
terjadi kantuk hebat berulang tanpa kenal waktu. Penderitanya bisa tidur 16-20
jam sehari.
d. Hipersomnia post-trauma, terjadi pada
orang yang mengalami cidera otak atau syaraf di kepala. Biasanya, hipersomnia
jenis ke-3 sembuh dengan sendirinya dalam hitungan minggu atau bulan atau
ketika cideranya sembuh
e. Hypersomnia
primer adalah sebuah gangguan tidur yang
disebabkan oleh adanya gangguan fungsi sistem saraf pusat dalam mengatur waktu
tidur dan bangun.
f. Hypersomnia
sekunder adalah sebuah gangguan tidur yang
disebabkan karena tidak mendapatkan kualitas dan waktu tidur yang maksimal,
adanya riwayat penyakit kronis hingga pengaruh penggunaan obat-obatan dan
alkohol.
4.
Dissomnia
Dissomnia :
suatu kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan utama pada jumlah,
kualitas, atau waktu tidur yang terkait dengan faktor emosional. Termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah insomnia, hipersomnia, dan gangguan jadwal
tidur.
5.
Parasomnia
Parasomnia
adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder yang membuat penderitanya melakkan
kegiatan fisik yang tidak diinginkan. Parasomnia adalah suatu kelainan yang
disebabkan kejadian perilaku atau psikologis abnormal yang muncul di kala
tidur. Tahapan tertentu atau transisi fase tidur-terjaga. Parasomnia lebih umum
terjadi pada anak-anak dan tidak selalu menandakan adanya masalah psikologis
atau psikiatris yang signifikan. Ciri parasomnia adalah: Dorongan
membingungkan, Tidur jalan, Makan sambil tidur, Gigi gemetrik, Tidur bicara dan
lain sebagainya. Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama
masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, teror tidur, dan
mimpi buruk.
a. Confusional
arousal
a.Pernah gak kamu merasa linglung dan bingung saat baru saja
bangun dari tidur? Kamu seperti 'lupa ingatan' dimana kamu bingung sedang ada
dimana, sudah pukul berapa dan lain sebagainya. Hal ini biasanya hanya
berlangsung sebentar atau tidak lama walau mungkin berbeda-beda untuk setiap
orang. Gangguan tidur ini bernama confusional arousal. Dikutip dari laman
stanfordhealthcare.org, confusional arousal ini adalah kondisi dimana seseorang
yang bangun dari tidurnya namun perilaku mereka seperti tidak biasanya atau
aneh. Jadi, orang tersebut bisa kebingungan, tidak responsif maupun berbicara
secara lambat. Penyebabnya sih bisa karena kurang tidur, masalah kesehatan
(misalnya demam), jadwal tidur yang tidak beraturan dan sebagainya. Confusional
arousal ini dapat terjadi pada segala usia, walaupun pada umumnya nih lebih
sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Confusional
arousal: Mereka yang mengalami gairah kebingungan akan menunjukkan perilaku
bingung di tempat tidur karena gairah yang tidak lengkap dari tidur nyenyak.
Mereka tidak akan bereaksi terhadap orang lain yang mencoba untuk campur
tangan, dan mereka hanya akan memiliki sedikit atau tidak ada ingatan tentang
peristiwa tersebut.
b. Tidur Berjalan atau somnabulisme (Sleepwalking)
Setidaknya ada 15 persen orang dewasa yang mengalami masalah tidur berjalan.
Angkanya lebih tinggi pada anak-anak. Tidak ada yang tahu alasan mengalami
tidur berjalan, tetapi stres dan susah tidur diperkirakan menjadi faktor utama.
Genetika juga bisa menjadi faktor penyebab. Saudara sedarah orang yang
bermasalah dengan tidur berjalan 10 kali lebih mungkin untuk melakukan hal yang
sama dibanding populasi umum. Orang yang tidur berjalan tidak membahayakan,
namun tidur sambil berjalan sendiri bisa berbahaya. Terjatuh dan tersengat
listrik adalah dua bahaya terbesar bagi orang dengan kondisi tidur berjalan.
Setidaknya kasus ini menimpa sekitar 15% orang dewasa, bahkan angka ini lebih
tinggi pada anak kecil. Tidak diketahui penyebab pasti dari gangguan tidur ini,
namun stress dan kesulitan tidur menjadi faktor utama. Genetika juga dapat
menjadi penyebab dari sleep walking atau tidur berjalan ini. Orang
yang tidur sambil berjalan memang tidak membahayakan, namun akan sangat
berbahaya jika sedang sendiri. Terjatuh, tersengat listrik, dan lainnya dapat
menjadi resiko terbesar yang bisa dialami. Tidur berjalan atau somnabulisme (sleepwalking) adalah salah satu
kondisi gangguan tidur yang ditandai dengan seseorang bangun dan
berjalan saat sedang tidur. Gangguan ini tidak selalu terjadi dengan gestur
berjalan saja, mereka yang sedang tidur, lalu terbangun dan duduk di tempat
tidur sleep walking adalah berjalan ketika tidur
dan tidak diingat/disadari oleh yang bersangkutan. "Umumnya menyerang anak
usia 2-12 tahun. Penyebabnya bisa karena sindroma otak organik, reaksi terhadap
obat, atau penyebab psikis," kata dr.Andreas, ahli kesehatan tidur dari
Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta, ini.
c. Teror Malam
(Night Terror)
Berteriak, meronta-ronta, panik, dan mondar-mandir umumnya dilaporkan orang
dengan kondisi night terror. Tidak seperti mimpi buruk yang timbul di fase REM,
teror malam terjadi selama tidur non REM, biasanya di awal fase tidur. Paling
umum terjadi pada anak-anak. Orang yang mengalami teror malam tiba-tiba duduk
tegak, mata terbuka, meskipun mereka tidak benar-benar melihat. Orang tersebut
sering berteriak atau menjerit, dan tidak dapat dibangunkan atau ditenangkan.
Dalam beberapa kasus, teror malam bercampur dengan tidur sambil berjalan.
Orangtua melaporkan anak berkeliaran rumah dalam keadaan panik. Setelah 10 atau
15 menit, orang tersebut biasanya mengendap kembali tidur, menurut National
Institutes of Health. Kebanyakan orang dengan masalah ini tidak ingat apa pun
yang mereka lakukan ketika teror malam terjadi di keesokan harinya. Penyebab
teror malam adalah sebuah misteri, tetapi demam, tidur tidak teratur, dan stres
dapat menjadi pemicu. Untungnya, menurut ASA, teror biasanya memudar setelah usia
bertambah. Sleep Terror adalah episode
serangan terror atau panik di malam hari yang berhubungan dengan vokalisasi
intens, motilitas, dan gejala otonomik yang kuat. Sering kali individu yang
mengalami terbangun sambil berteriak panik, kebanyakan pada sepertiga awal
waktu tidur, segera berlari ke pintu seolah-olah ingin melarikan diri, meskipun
jarang sampai meninggalkan ruangan.
d. Nightmares
Nightmares atau
mimpi buruk adalah mimpi yang penuh dengan kecemasan atau ketakutan, yang bisa
diingat dengan jelas. Mimpi yang dialami biasanya sangat jelas dan sering kali
bertema ancaman terhadap survival, keamanan, atau percaya diri.
Tema-tema mimpi sering kali berulang. Selama episode nightmare, biasanya ada
peningkatan tonus otonom, tapi tanpa vokalisasi atau motilitas tubuh. Setelah
terbangun, individu dengan cepat sadar dan terorientasi, serta segera mampu
berkomunikasi.
e.
Ketindihan atau Kelumpuhan Tidur (Sleep
Paralysis)
Selama fase REM, aktivitas bermimpi akan meningkat dan otot-otot berdiam seakan
lumpuh. Kelumpuhan sementara ini sebenarnya mengamankan diri supaya tidak
bertindak seperti aktivitas yang ada di mimpi. Namun, kelumpuhan bisa tetap
terjadi setelah terbangun. Ini yang sering dikira dengan
"ketindihan". Seringnya, masalah Sleep Paralysis ini terjadi
bersamaan dengan halusinasi (di nomor 7). Dalam satu penelitian yang
diterbitkan 1999 dalam Journal of Sleep Research, 75 persen dari mahasiswa yang
telah mengalami kelumpuhan tidur secara simultan melaporkan halusinasi. Bentuk
"favorit" halusinasinya adalah merasakan kehadiran sesuatu yang
jahat, bersama dengan perasaan tercekik. Paduan sleep paralysis dan halusinasi
itu kemudian menjadi banyak cerita rakyat di seluruh dunia. Sleep Paralisis adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder ditandai
dengan kelumpuhan mendadak saat tidur. Hal ini merujuk pada ketidakmampuan
bergerak ketika kita sedang tidur atau terjaga dari tidur. Sleep Paralisis
biasanya akan mengalami masalah untuk menggerakkan anggota badan, tidak bisa
bersuara dan lain sebagainya. Sleep Paralysis alias kelumpuhan tidur
adalah salah satu kondisi paling menakutkan yang pernah ada. Pasien yang
menderita kelumpuhan tidur cenderung masuk ke keadaan vegetatif saat bangun
tidur. Kondisi ini terjadi saat otak dan tidur tidak sinkron. Pasien terkadang
takut tidur karena mereka lumpuh dan tidak bisa bergerak saat mereka bangun
tidur. Kelumpuhan tidur kadang disertai dengan halusinasi yang mengerikan dan
tekanan mental. Dalam istilah Jawa, jenis gangguan tidur semacam ini juga bisa
disebut tindihan. Si penderita yang terkena tindihan terbangun, namun badannya
terasa lumpuh tak bisa bergerak sama sekali. Bahkan terkadang meski mata sudah
terbuka, mulut tak bisa mengeluarkan suara. Sleep paralysis atau orang
orang menyebutnya sebagai ketindihan memang seringkali dikaitkan
dengan hal-hal berbau mitos. Namun terdapat penjelasan ilmiah dari gangguan
tidur ini. Saat fase REM, aktivitas mimpi akan semakin meningkat serta
otot-otot akan berdiam seakan akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
sementara ini merupakan kondisi untuk mengamankan diri agar tidak bertindak
seperti apa yang sedang diimpikan. Namun terkadang kelumpuhan ini tetap
dapat terjadi bahkan setelah terbangun sehingga dinamakan sleep paralysis.
Ada 2 macam sleep paralysis
1. Hypnopompic Sleep Paralysis
Hypnopompic sleep paralysis terjadi ketika seseorang terbangun secara tiba-tiba saat otak belum siap mengirimkan sinyal bangun pada otot. Akibatnya, tubuh tidak dapat digerakkan sekalipun sudah dalam keadaan sadar.
2. Hypnagogic Sleep Paralysis
Hypnagogic sleep paralysis terjadi ketika seseorang baru saja tertidur. Pada waktu ini, tubuh akan memasuki fase NREM (non-rapid eye movement) dan mengalami relaksasi otot. Jika pada fase ini seseorang tiba-tiba tersadar, akibatnya akan timbul sensasi seakan tidak dapat bergerak
f.
Seksomnia
Seks ketika tidur atau seksomnia kali pertama dijelaskan dalam studi kasus
kepada tujuh orang di tahun 1996. Seksomnia dapat berkisar dari hanya
mengganggu (dengan erangan seksual yang keras), berbahaya (masturbasi yang
berbahaya), sampai kriminal (kekerasan seksual atau pemerkosaan). Dalam
setidaknya lima kasus kontroversial, pria telah dibebaskan dari penyerangan
seksual dengan menyatakan bahwa mereka tertidur selama serangan itu. Dalam
penelitian yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh jurnal Psychiatry Social dan
Psychiatric Epidemiology menunjukkan, kurang tidur, stres, alkohol,
obat-obatan, dan kontak fisik dengan pasangan tidur cukup berperan dalam
gangguan ini. Sexsomnia adalah salah satu jenis
parasomnia, seperti keadaan tidur-berjalan. Mereka yang memiliki sexsomnia akan
terlibat dalam aktivitas seksual sementara mereka tidur, seperti masturbasi
atau berhubungan seks. Anehnya, ketika mereka terbangun, penderita tidak ingat
apa yang telah mereka lakukan. Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh
Psychiatry Epidemiology dan Social Psychiatry, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti kurang tidur, stres, alkohol, narkoba, dan kontak fisik dengan
pasangan, yang merupakan pemicu sexsomnia.
g.
Sindrom
Kepala Meledak (Exploding Head Syndrome)
Gangguan ini bukan benar-benar terjadi ledakan pada kepala, melainkan kejutan
suara keras yang hanya didengar oleh penderitanya selama awal tidur nyenyak.
Suara yang didengar bisa bervariasi, mulai dari simbal jatuh hingga suara
ledakan seperti bom. Untuk orang yang mengalami masalah ini, ledakan seakan
berasal tepat di samping kepala atau di dalam tengkorak kepalanya. Tidak ada
rasa sakit atau bahaya yang dialami penderitanya. Dokter tidak tahu apa yang
menyebabkan sindrom ini, namun tidak ada indikasi terkait penyakit serius.
h.
Halusinasi
mengantuk (Halusinasi
Hypnagogic)
Halusinasi mengantuk biasanya terjadi pada masa-masa transisi
dari terjaga tidur. Halusinasi ini akan terjadi saat proses bangun. Biasanya
penderita gangguan tidur ini akan mendengar suara suara, melihat benda benda
aneh, sensasi hantu, dan lainnya.
i.
Enuresis
(mengompol)
Enuresis merupakan gangguan buang
air kecil yang terjadi dengan tidak sengaja pada waktu tidur atau disebut juga
mengompol. Ada dua jenis gangguan tidur ini, yaitu enuresis nokturnal yang
terjadi pada waktu tidur dan enuresis diurnal yang terjadi pada saat bangun
tidur.
j.
Aritmia – biasanya
dialami oleh penderita jantung koroner saat tertidur dan dipicu oleh penurunan
kadar oksigen dalam darah akibat gangguan tidur. Penggunaan alat continuous
positive airway pressure (CPAP) dapat membantu mengurangi risiko
aritmia saat tertidur.
6.
Restless
Leg Syndrome
Dalam
Restless Leg Syndrome (RLS), penderita akan mengalami kelumpuhan mendadak saat
tidur. Hal ini merujuk pada ketidakmampuan bergerak ketika kita sedang tidur
atau terjaga dari tidur. Sementara gejala RLS sendiri biasanya dapat terjadi
pada siang hari, meski yang paling umum di malam hari. RLS sering dikaitkan
dengan kondisi kesehatan tertentu, termasuk hiperaktivitas (ADHD) dan penyakit
Parkinson, tetapi penyebab pastinya tidak selalu diketahui. Restless Restless Leg Syndrome adalah
rasa tidak nyaman pada kaki yang terjadi pada malam hari. Penderita akan
merasakan keinginan untuk menggerakkan kaki supaya merasa lega, biasanya
gerakan yang berlebihan, memiliki ritme, atau punya siklus tertentu. Ini bisa
mengakibatkan gangguan tidur, yaitu tidur menjadi tertunda atau terbangun saat
tidur. Sindrom ini umumnya sering menimpa paruh baya dan manula.Penyebab
sindrom ini antara lain gagal ginjal, kelainan saraf, kekurangan vitamin dan zat
besi, serta kehamilan dan pengaruh obat-obatan seperti antidepresan. Faktor
genetik juga berpengaruh hingga 40% dari kasus Restless Leg Syndrome.
Sindrom
tungkai gelisah (retsless legs syndrom)
Gejala :l - Gangguan di
ekstremitas bawah - Gangguan lebih buruk dan waktu istirahat malam rasa tidak enak di tungkaià Kesulitan tidur
7.
REM Behavior Disorder (REMBD).
Gangguan tidur
ini yang pertama dikenal dengan REM Behavior Disorder (REMBD). Kelainan ini
bisa berlangsung beberapa detik sampai satu jam. Seiring berjalannya waktu,
kelainan ini bisa menjadi lebih buruk dan serius. REM Behavior Disorder secara
langsung sudah dihubungkan sebagai kondisi neurologis. Pernapasan tidak
teratur, otak menjadi sangat aktif, dan tekanan darah meningkat selama episode
REM Behavior Disorder. Selama ini REM Behavior Disorder lebih sering menyerang
pria daripada wanita. Kelainan ini terjadi lebih banyak pada pria paruh baya
lansia. Namun menurut para dokter gangguan tidur ini masih bisa diobati. REM
sleep behavior disorder(Gangguan perilaku tidur REM): Dikenal sebagai RSBD atau
RBD, gangguan perilaku tidur REM menyebabkan orang yang tidur secara fisik atau
vokal bertindak sesuai mimpi mereka. Perilaku yang terkait dengan gangguan ini
dapat mengganggu tidur individu dan pasangannya, dan juga membuat orang
berisiko lebih tinggi mengalami cedera fisik.
8.
Sleep Violence
Sleep Violence
adalah gangguan tidur terkait dengan perilaku agresif. Saat tidur mereka bisa
berjalan lalu bisa mewujudkan impian mereka dan melakukan kejahatan seperti
menendang atau memukul orang lain, atau malah menyiksa diri mereka sendiri.
Jenis gangguan tidur ini adalah kelainan yang menakutkan dan serius. Para
pengidapnya tak pernah bisa tidur nyenyak dan tentu saja menjadi tidak sehat.
Pasien yang mengalami gangguan tidur perilaku ini cenderung makan dan minum
lebih banyak saat tidur. Bagian terburuk dari gangguan ini adalah kelainan yang
bisa menyebabkan membunuh atau mencekik pasangan atau keluarganya sendiri. Meski
dianggap kelainan dan berbahaya, namun Sleep Violence ini masih bisa
disembuhkan.
9.
Sindrom Kleine-Levin (KLS)
Sindrom
Kleine-Levin atau yang dalam medis disebut KLS adalah kelainan tidur yang
berlebihan, namun sebenarnya sangat sedikit mempengaruhi orang di dunia. KLS
adalah kelainan yang sangat langka dan kompleks yang berkaitan dengan sistem
saraf yang terjadi terus menerus. Kelainan ini dikenal sebagai 'Sleeping Beauty
Syndrome' karena pasien tidur lebih dari 15 sampai 20 jam. Gangguan tidur ini
serius dan menyeramkan. Kelainan itu terkait dengan garis genetik tertentu yang
biasanya terjadi pada laki-laki remaja. Sindrom Kleine-Levin ini termasuk jenis
gangguan tidur yang paling mengerikan karena sampai kini belum ditemukan obat
pastinya.
10.
Sudden Unexplained Death Syndrome (sindrom kematian).
Sindrom Kematian
yang tiba-tiba terjadi dan tak dapat dijelaskan dikenal sebagai 'sindrom
kematian nokturnal mendadak', yang sampai sekarang tidak dapat dijelaskan
secara rinci. Bagian yang menakutkan, bahkan pria sehat pun bisa mati saat
tidur mereka tanpa penjelasan. Kelainan ini berhubungan langsung dengan
kegagalan jantung dan aktivitas jantung yang tidak teratur saat tidur. Jenis
gangguan tidur ini adalah salah satu kelainan tidur paling menakutkan dan paling
mematikan di dunia yang mempengaruhi lebih banyak orang dari negara-negara Asia
selatan seperti Thailand, Singapura, China dan Filipina. Kelainan ini
disebabkan karena memiliki kaitan genetik dari ras manusia. Sudden Unexplained Death Syndrom (Sindrom Kematian) Sindrom
Kematian yang tiba-tiba terjadi dan tak dapat dijelaskan dikenal sebagai
'sindrom kematian nokturnal mendadak', yang sampai sekarang tidak dapat
dijelaskan secara rinci. Bagian yang menakutkan, bahkan pria sehat pun bisa
mati saat tidur mereka tanpa penjelasan. Kelainan ini berhubungan langsung
dengan kegagalan jantung dan aktivitas jantung yang tidak teratur saat tidur.
Jenis gangguan
tidur ini adalah salah satu kelainan tidur paling menakutkan dan paling
mematikan di dunia yang mempengaruhi lebih banyak orang dari negara-negara Asia
selatan. Kelainan ini disebabkan karena memiliki kaitan genetik dari ras
manusia.
11.
Fatal Familial Insomnia (FFI).
Fatal Familial
Insomnia (FFI) adalah kelainan tidur yang langka namun disebut paling
berbahaya. FFI disebabkan kelainan genetik dan merupakan penyakit keturunan.
Gangguan tidur ini dianggap tak bisa disembuhkan. Gejala penyakitnya meliputi
insomnia, halusinasi, kebingungan, dan delirium. Banyak kasus yang terjadi,
pasien rata-rata akan bertahan hanya dalam waktu 18 bulan jika sudah mengalami
gangguan tidur ini. Kebanyakan pasien akan benar-benar susah tidur dan akhirnya
meninggal karena sudah kehabisan tenaga. Gangguan tidur jenis ini disebabkan
oleh kondisi prion herediter yang menargetkan bagian otak (pusat kendali siklus
tidur dan bangunnya seseorang). Fatal Familial Insomnia akan menyebabkan
penghentian kemampuan atau keinginan untuk tidur yang tak terukur. Gangguan
semacam ini biasanya dialami oleh mereka yang berusia 32 hingga 62 tahun.
Karena tak dapat tidur nyenyak, penderita akan meninggal akibat degenerasi
neurologis.
12.
Circadian
Rhythm Sleep Disorders (Gangguan ritme sirkadian)
Banyak orang
menyatakan diri mereka tipe orang yang suka tidur larut 'night owls' atau
bangun terlalu pagi 'early bird', tapi bukan berarti mereka memiliki sindrom
tidur yang aneh. Itu hanya berarti tubuh mereka sudah terlatih untuk tidur dan
bangun pada waktu tertentu setiap hari. Namun
jika kamu merasa mudah mengantuk dan tidur saat waktu masih terbilang sore atau
sangat malam, secara tidak menentu, bisa jadi ada masalah dengan tubuhmu. Kasus
tersebut menjadi contoh gangguan ritme sirkadian tidur, terkait jantungmu.
Jadi, sindrom ini membuat tidurmu tidak teratur. Membuat tubuhmu juga kesulitan
menyesuaikan jam biologis tidurmu. Gangguan Ritme Sirkadian
Ritme
sirkadian adalah kinerja jam biologis tubuh yang merupakan bagian kecil dari
otak yang terletak di atas saraf-saraf yang berdekatan dengan belakang bola
mata manusia. Cahaya dan olahraga akan menyetel jam ini dengan pergeseran maju
atau mundur. Gangguan
tidur muncul ketika terjadi gangguan pada bagian
ini, seperti jet lag, jam kerja
malam, sindrom fase tidur yang tertunda (tidur dan bangun telat), dan sindrom
fase tidur lanjutan (tidur dan bangun awal).
a.
Jet lag Kondisi
ini merupakan gangguan sementara yang terjadi ketika Anda bepergian melintasi
zona waktu. Gejala yang muncul bisa meliputi kantuk di siang hari, kelelahan,
sakit kepala, masalah perut, dan insomnia. Penerbangan yang semakin lama
cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini. Jet lag adalah kondisi sementara yang disebabkan
oleh perjalanan melintasi zona waktu. Misalnya, Anda dari Indonesia pergi ke
Amerika Serikat dengan perbedaan waktu kurang lebih 12 jam. Perbedaan waktu
yang besar itu akan membuat Anda jet lag. Orang yang jet lag dapat mengalami
kelelahan, insomnia, dan mual
b.
Sleep Driving
Kita
semua tahu, bahwa mengemudi dalam kondisi mengantuk adalah hal yang sangat
berbahaya. Hal semacam ini kerap ditemui di beberapa negara di belahan dunia.
Para pengemudi yang kurang tidur akan mengantuk saat keluar dari rumah. Apabila
sudah seperti ini, penderita akan mencuri-curi waktu agar dapat bisa tertidur.
Contoh, ketika berhenti sejenak di lampu merah, maka penderita akan tertidur
sejenak. Apabila lampu hijau sudah menyala maka bunyi klakson kendaraan di
bagian belakang Anda akan terdengar. Selain menganggu kenyamanan pengguna jalan
lain, mengantuk saat berkendara akan dapat menyebabkan kecelakaan dan kematian.
c.
Delayed Sleep
Phase Type
(Tipe fase tidur terlambat)
Gangguan fase tidur yang tertunda ditegakkan berdasarkan riwayat penundaan awal
periode tidur dalam hubungannya dengan waktu tidur-terjaga yang diinginkan
(biasanya lebih dari 2 jam), yang menyebabkan insomnia dan mengantuk berat.
Bila individu dengan gangguan ini dibiarkan membuat jadwal sendiri, biasanya
mereka bisa tidur dengan baik. Gejala yang menonjol adalah kesulitan memulai
tidur, sulit terbangun di pagi hari, dan mengantuk di siang hari. Delayed Sleep
Phase Syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda bisa menjadi masalah
mengkhawatirkan pada remaja. Pasalnya, ketika mereka mengalami sindrom fase
tidur tertunda, maka ritme sirkadian otomatis terganggu, jam biologis mereka
membuat mereka cenderung seperti “burung hantu” - terlambat tidur dan terlambat
bangun. Seringkali gangguan tidur ini keliru dianggap sebagai insomnia pada awalnya,
tetapi memang dapat menyebabkan insomnia jika menjadi kronis. Ditandai oleh
waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering
ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Keluhan utama pasien
adalah kesulitan jatuh tertidur pada waktu yang diinginkan seperti biasa,dan
gangguan pasien mungkin tampak menyerupai onset tidur insomnia. Rasa
mengantuk di siang hari sering terjadi akibat tidak tidur (Sadock,2010).
d.
Sleep wake
schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita
tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah
tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian
normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus
irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
peregseran.
e.
Tipe pergeseran
kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara
teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal
tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti
ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur
normal dengan onset tidur fase REM
f.
Non 24 Hour
Sleep Wake Type
:
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat insomnia atau mengantuk berat yang berhubungan
dengan sinkronisasi abnormal antara siklus terang-gelap 24 jam dengan irama
sirkadian endogen. Gejala yang ditunjukkan biasanya berupa periode insomnia,
mengantuk berat, atau keduanya, yang bergantian dengan periode asimtomatik yang
singkat. Fase tidur individu yang mengalami akan bergeser ke arah siang hari.
Mulai dari fase asimtomatik, ketika fase tidur mulai bergeser dan tidak sinkron
dengan siklus terang-gelap, pasien akan mengalami insomnia. Ketika fase tidur
terus bergeser sampai siang hari, pasien akan sulit terjaga di siang hari dan
mengeluhkan mengantuk berat.
g.
Advanced Sleep
Phase Type
:
Gangguan fase tidur lebih awal ditandai dengan waktu tidur dan terjaga yang
lebih awal dari yang diinginkan atau waktu konvensional. Individu yang
mengalami gangguan ini mempunyai waktu inisiasi tidur dan waktu bangun yang
lebih awal (biasanya lebih dari 2 jam). Bila individu dengan gangguan ini
dibiarkan membuat jadwal sendiri, biasanya mereka bisa tidur dengan baik.
h.
Irregular
Sleep-Wake Type
:
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat gejala insomnia di malam hari (selama waktu
tidur biasa) dan mengantuk berlebihan pada siang hari. Karakteristiknya adalah
tidak adanya irama sirkadian yang bisa diidentifikasi. Tidak ditemukan adanya
periode tidur yang utama, dan tidur biasanya terbagi-bagi menjadi setidaknya 3
fragmen dalam 24 jam.
13. Periodic Limb Movement Disorder (PLMD) (Gangguan gerakan tungkai berkala)
Sindrom ini
dulunya bernama nocturnal myoclonus, terjadi ketika orang memiliki masalah yang
timbul dengan adanya gerakan anggota tubuh mereka secara berulang-ulang selama
tidur. Misalnya meninju, menendang, dan gerakan lainnya. Dan ini terjadi secara
berlebihan jumlah dan keparahan gerakannya. PLMD tidak akan masalah kalau kamu
tidur sendirian, tapi kalau bersama teman atau pasangan.: Orang dengan kelainan ini - disingkat PLMS - akan mengalami
gerakan tubuh berkala pada malam hari yang bertepatan dengan gangguan gairah
dan tidur. Dalam kebanyakan kasus, gerakan diisolasi ke tungkai bawah. Pasien seringkali
tidak menyadari gerakan atau gairah tidur. Gangguan tidur ini dapat terjadi
pada dua waktu yang berbeda:
a. Gerakan tungkai
berkala saat Anda tidur atau Periodic limb movements while you sleep (PLMS)
b. Gerakan anggota
tubuh secara berkala saat Anda bangun atau Periodic limb movements while you
are awake (PLMW)
14. Sleep Apnea
Henti napas
tidur (sleep apnea) adalah Gangguan tidur atau Sleep Disorder dimana terjadinya
penghetian napas disaat tidur. Tidur apnea sangat umum terjadi. Tidur apnea
bisa muncul pada segala kelompok usia dan jenis kelamin, namun lebih umum
menimpa kaum pria. Sleep Apnea terjadi ketika sebagian salran pernapasan bagian
atas tersumbat dan menghalangi proses pernapasan sesaat. Hal itu membuat
penderita sleep apnea akan sering terjaga saat tidur dan akan sangat merasa
mengantuk di siang hari. Gangguan tidur lainnya yang bisa saja terjadi adalah
sleep apnea. Gangguan ini biasanya terjadi dikarenakan saluran
pernapasan yang ada di bagian atas mengalami penyumbatan. Sehingga
pernapasan menjadi terhambat dan membuat anda dapat terbangun dari tidur.
Gangguan ini biasanya bisa terjadi berulang ulang kali dan tentunya berdampak
pada aktivitas di siang hari. Orang yang mendengkur akan
memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami sleep apnea ini. Untuk
mengatasinya, bisa dilakukan dengan menurunkan berat badan bila berlebih,
mengubah posisi tidur dengan tidak tidur terlentang, dan juga berhenti
mengkonsumsi obat tidur.
a.
Obstructive
Sleep Apnea/Hypopnea Syndrome (Osash)
Sleep apnea obstruktif adalah gangguan tidur yang
menyebabkan otot tenggorokan mengendur dan menyempit. Obstructive
Sleep Apnea adalah gangguan tidur yang serius, berbahaya, dan sudah sering
terjadi di seluruh dunia. Disebut berbahaya karena pasien yang menderita OSA
terkadang bisa langsung meninggal karena kekurangan napas. OSA tidak hanya
memengaruhi tidur nyenyak tapi juga merupakan gangguan tidur yang mengancam
jiwa. Amerika Serikat memiliki lebih dari 12 juta orang yang terkena OSA. Sleep
Apnea disebabkan karena gaya hidup tidak sehat seperti kurang tidur, pola
tidur, stres, merokok, obesitas dan tekanan darah yang tidak tepat. Kelainan
ini serius dan pada tahap awal gangguan ini dapat diobati dengan mengikuti diet
sehat, tidur dan latihan. Perawatan lainnya mungkin termasuk memasukkan
perangkat agar saluran napas tetap terbuka dan ada metode pembedahan untuk
menghilangkan penyumbatan tenggorokan. Obstructive slee apnea merupakan
gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur. Pengidap OSA akan mengalami napas
berhenti sesaat, baik secara total maupun parsial, hal ini disebabkan oleh
obstruksi. OSA sangat berbahaya karena pengidap dapat kekurangan oksigen ketika
tidur dan berkali-kali terjaga. Selain itu, pengidap akan merasakan sensasi
tercekik ketika tidur.
b.
Sleep apnea sentral
adalah gangguan tidur yang disebabkan karena otak tidak bisa mengirim sinyal ke
otot pengatur pernapasan.
c.
Sleep apnea kompleks
adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh gabungan antara sleep
apneaobstruktif dan sleep apnea sentral.
15.
sleep
state misperception (jumlah waktu tidur berbeda dari yang diduga),
16.
natural
short sleeper (tidur lebih sedikit tapi tanpa gangguan),
17.
Behavioral
Insomnia of Childhood
Behavioral
Insomnia of Childhood (BIC) dialami oleh anak-anak. BIC Dibagi
menjadi 3 tipe lagi. Pertama BIC sleep-onset yang berhubungan dengan kebiasaan
tidur tertentu, seperti menonton televisi sambil tertidur. Kedua, BIC
limit-setting. Jenis BIC ini melibatkan penolakan anak untuk tidur. Perilaku
untuk menunda tidur termasuk meminta minum, pergi ke kamar mandi, atau meminta
orang tua membacakan cerita untuk mereka. Ketiga, kombinasi dari 2 tipe BIC
tersebut. BIC gabungan terjadi ketika waktu tidur anak diasosiasikan dengan hal
negatif. Biasanya terjadi karena kurangnya penetapan batas oleh orang tua atau
pengasuh. BIC biasanya dapat diatasi dengan beberapa perubahan perilaku,
seperti menciptakan rutinitas tidur yang sehat, belajar teknik menenangkan diri
atau relaksasi pada anak. (Ventriana Berlyanti)
18.
Chronic
Fatigue Syndrome (Sindrom Kelelahan Kronis)
Kelelahan
adalah hal yang pernah kita rasakan. Namun pada gangguan tidur yang satu ini
kondisi kelelahannya tidak bisa dijelaskan. Dalam kondisi ini seseorang dapat
megalami kerugian karena berdampak pada penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Kelelahan yang dialami tidak dapat diatasi dengan
beristirahat seperti biasa. Bahkan aktivitas yang dilakukan secara fisik dan
beban pikiran justru dapat memperburuk kondisi individu.
19.
Nokturia
Nokturia
adalah gangguan yang terjadi saat tidur malam berupa dorongan untuk membuang
air kecil dalam frekuensi yang sangat sering. Hal semacam ini tentu akan
mengganggu karena dapat mengurangi waktu tidur. Apabila hal ini terus terjadi,
maka rasa kantuk akan kembali terjadi pada siang hari. Ada beberapa penyebab
terjadinya hal ini, salah satunya yaitu gaya hidup yang tak baik. Seperti
alkohol dan minum kopi.
20.
Gangguan tidur lain yang dicetuskan
oleh zat
Somnolen yang berkaitan dengan toleransi atau putus zat akibat
stimulan sistem saraf pusat lazim terjadi pada orang-oarng dengan
putus zat amfetamin, kokain, kafein, dan zat terkait.Somnolen dapat
dikaitkan dengan depresi berat, yang kadang-kadang mencapai proporsi bunuh
diri. Penggunaan depressan sistem saraf pusat yang berlangsung lama seperti
alkohol, dapat menyebabkan somnolen (Sadock,2010).
21.
Breathing Related Sleep Disorder
21. Sleep related brathing disorders, merupakan gangguan tidur berupa kesulitan bernapas saat
tidur. Individu dengan breathing-related sleep disorders memiliki kantuk di
siang hari atau tidur malam yang terganggu memiliki alasan. Diantaranya adalah
masalah dengan pernapasan saat tidur. Dalam DSM-IV TR masalah ini didiagnosis
sebagai gangguan tidur terkait pernapasan.
22.
Sleep movement disorders, yaitu gangguan tidur berupa gerakan saat atau sebelum
tidur yang membuat seseorang sulit tidur, sulit mempertahankan tidur, atau
tidur tidak nyenyak.
23.
Gangguan saluran
nafas (upper airway obstructive)
pada
saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan
usahas otot dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui
obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran
nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur.
Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang
setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat
hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan
oleh formasi retikularis dan pusat respirasi medula, dengan akibat pasien
terjaga danrespirasi kembali normal secara reflek.
24.
Bruksisme
terkait tidur: Bruksisme
terkait tidur menyebabkan orang menggertakkan gigi saat tidur. Seiring waktu,
hal ini dapat menyebabkan nyeri rahang yang berlebihan, keausan gigi yang tidak
normal, dan efek samping lainnya. Banyak penderita bruxism yang merawat
kondisinya dengan corong anti-dengkuran atau pelindung mulut, seperti alat
bantu rahang bawah yang secara fisik menggerakkan rahang ke depan atau alat
penahan lidah yang menahan lidah di tempatnya. Bruxism adalah kondisi dimana
seseorang seringkali menggemeretakkan, menekan, atau menggesekkan giginya ke
atas dan ke bawah maupun ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Bruxism tahap
awal tidak membutuhkan pengobatan khusus, namun jika bruxism sudah menjadi
kebiasaan, hal itu bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, seperti kerusakan
gigi, sakit kepala, gangguan pada rahang, dan masalah lainnya.
25.
Gangguan
Makan Nokturnal
Orang dengan gangguan makan yang terkait dengan gangguan tidur terus makan di
malam hari. Keesokan paginya bisa ingat sedikit atau tidak ingat sama sekali
tentang kejadian itu. Gangguan ini bisa membahayakan diri sendiri dengan
memotong bahan masakan, menyalakan kompor, atau menelan bahan baku mentah.
Kelainan ini masih belum dipahami secara menyeluruh, tetapi, terjadinya selama
masa tidur non REM.
26.
Mendengkur
(snoring)
Biasanya hal ini
sering dialami orang dewasa, namun tak menutup kemungkinan hal ini juga dialami
oleh anak kecil lainnya. Suara dengkuran ini berasal dari udara yang masuk dan
kemudian menggetarkan jaringan halus yang ada di tenggorokan. Selain menganggu,
mendengkur juga dapat pertanda jika terdapat masalah utama pada tidur
yang lebih serius.
27.
Sleep Talking
(berbicara saat tidur)
Berbicara saat
tidur sebenarnya adalah gangguan tidur yang dikenal sebagai somniloquy. Dokter
tidak tahu banyak tentang bicara saat tidur, seperti mengapa hal itu terjadi
atau apa yang terjadi di otak saat seseorang berbicara saat tidur. Pembicara
tidur tidak menyadari bahwa mereka sedang berbicara dan tidak akan mengingatnya
pada hari berikutnya. Jika Anda adalah seorang pembicara saat tidur, Anda dapat
berbicara dalam kalimat lengkap, berbicara omong kosong, atau berbicara dengan
suara atau bahasa yang berbeda dari yang Anda gunakan saat bangun. Berbicara
saat tidur tampaknya tidak berbahaya. Berbicara saat tidur ditentukan oleh
tahapan dan tingkat keparahan:
Tahapan 1 dan 2: Pada tahap ini, pembicara tidur tidak tidur nyenyak seperti
tahap 3 dan 4, dan ucapannya lebih mudah dipahami. Seorang pembicara tidur di
tahap 1 atau 2 dapat memiliki seluruh percakapan yang masuk akal.
Tahap 3 dan 4: Orang yang berbicara saat tidur akan tidur lebih nyenyak, dan
ucapannya biasanya lebih sulit untuk dipahami. Ini mungkin terdengar seperti
rintihan atau omong kosong. Tingkat keparahan bicara saat tidur ditentukan oleh
seberapa sering hal itu terjadi:
Ringan: Pembicaraan saat tidur terjadi kurang dari sebulan sekali.
Sedang: Pembicaraan tentang tidur terjadi seminggu sekali, tetapi tidak setiap
malam. Pembicaraan tidak terlalu mengganggu tidur orang lain di ruangan itu.
Parah: Berbicara saat tidur terjadi setiap malam dan dapat mengganggu tidur
orang lain di dalam ruangan.
28.
Sindrom hipoventilasi
/ hipoksemik terkait tidur
a.
Hipoventilasi
/ hipoksemia terkait tidur akibat obstruksi saluran napas bagian bawah
b.
Hipoventilasi
/ hipoksemia terkait tidur akibat gangguan neuromuskuler atau dinding dada
c.
Hipoventilasi
/ hipoksemia terkait tidur karena patologi parenkim paru atau vaskular.
Ø Menurut PPDGJ III, gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu dissomnia dan parasomnia.26 Dissomnia merupakan suatu kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan utama pada jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang terkait faktor emosional. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah insomnia, hipersomnia, dan gangguan jadwal tidur. Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, teror tidur, dan mimpi buruk. Penggolongan gangguan tidur lain berdasarkan PPDGJ III adalah gangguan tidur organik, gangguan nonpsikogenik termasuk narkolepsi dan katapleksi, apneu waktu tidur, gangguan pergerakan episodik termasuk mioklonus nokturnal, dan enuresis.
Ø Menurut DSM IV-TR, gangguan tidur dibagi menjadi insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terkait kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat.27 Sedangkan, Nelson et al membuat klasifikasi gangguan tidur spesifik pada anak dan remaja, karena pola gangguan tidur pada anak berbeda dengan pola gangguan tidur pada dewasa. Pola tidur mengalami perubahan yang progresif seiring bertambahnya usia; dari masa bayi, anak, hingga remaja; kearah pola tidur dewasa, yaitu durasi tidur yang berkurang, siklus tidur yang lebih panjang, dan berkurangnya waktu tidur siang.
Ø Sleep Disturbancess Scale for Children (SDSC) mengemukakan enam kategori gangguan tidur yaitu (1) gangguan pernapasan waktu tidur (frekuensi mengorok, apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas); (2) gangguan memulai dan mempertahankan tidur (awitan mulai tidur yang lama, bangun malam hari, dan lain-lain); (3) gangguan kesadaran (berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan teror tidur), (4) gangguan transisi tidur-bangun (gerakan involunter saat tidur, restless legs, gerakan menganggukkan kepala, bicara saat tidur); (5) gangguan somnolen berlebihan (mengantuk saat pagi dan tengah hari, dan lain-lain); dan (6) hiperhidrosis saat tidur (berkeringat saat tidur).
Ø Kriteria Diagnostik DSM-5, Gangguan tidur dalam DSM-5 mencakup beberapa kelompok gangguan, yang secara umum mencakup kelompok dissomnia (yang terkait dengan kualitas, kuantitas tidur, dan irama sirkadian), parasomnia (terkait dengan perilaku atau kejadian ketika tidur), dan gangguan pernafasan terkait tidur.
Diagnosis Gangguan Tidur
Dokter akan mendiagnosis gangguan tidur dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
· Polisomnografi, yaitu studi tidur yang menilai kadar oksigen, pergerakan tubuh, dan gelombang otak untuk menentukan cara mereka mengganggu tidur. Polisomnografi atau sleep study, untuk menganalisis level oksigen, gerakan tubuh, dan gelombang otak ketika tidur.
· Electroencephalogram, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai aktivitas elektrik di dalam otak dan mendeteksi potensi masalah.Electroencephalogram (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik di otak.
·
Tes darah,
untuk mendiagnosis penyakit tertentu yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Pemeriksaan
darah genetik, umumnya berguna untuk mendiagnosis narkolepsi dan kondisi
kesehatan lainnya yang mungkin menyebabkan gangguan tidur.
·
CT
scan, untuk melihat kemungkinan adanya
kelainan di otak yang menyebabkan gangguan tidur.
·
Multiple
Sleep Latency Test (MSLT), MSLT dilakukan setelah kamu melakukan
pemeriksaan PSG. Tes ini dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosis
narkolepsi dan menilai tingkat rasa kantuk kamu di siang hari. MSLT bertujuan
untuk mengukur seberapa cepat kamu tertidur dalam situasi tenang di siang hari.
Selain itu, tes ini juga memonitor seberapa cepat dan seberapa sering kamu
terlelap.
·
Polysomnography
dan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), Jenis sleep study ini dilakukan selama 2 malam. Pemeriksaan
polysomnogram dengan CPAP sering kali dilakukan ketika hasil pemeriksaan PSG
kamu menunjukkan bahwa kamu menderita sleep
apnea.
Setelah terdiagnosa menderita sleep
apnea,
kamu mungkin akan disarankan oleh dokter untuk menggunakan alat CPAP ketika
tertidur agar kebutuhan oksigen kamu tercukupi.
Nah,
pemeriksaan polysomnogram yang dilanjutkan dengan uji CPAP ini bertujuan untuk
menentukan pengaturan mesin CPAP yang cocok dan jumlah oksigen yang sesuai
dengan kebutuhan kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar